Pendidikan di Era Globalisasi
Pendidikan mempunyai peran besar sekali untuk
menimbulkan perubahan pada diri umat Islam. Melalui pendidikan dapat
dibentuk kondisi mental yang lebih kondusif untuk mengembangkan
kebangkitan moral-spiritual yang dikehendaki. Demikian pula penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diusahakan melalui pelaksanaan
pendidikan yang tepat. Namun harus pula disadari bahwa hasil dari proses
pendidikan baru terasa secara sungguh-sungguh setelah berlalunya satu
generasi. Oleh karena Kebangkitan Islam sekarang sudah berjalan maka
pendidikan harus dibarengi dengan terbentuknya Kepemimpinan yang dapat
menjalankan proses perubahan tersebut sejak sekarang. Bahkan
Kepemimpinan itu sangat penting untuk menimbulkan proses pendidikan yang
diperlukan.
Proses pendidikan meliputi banyak sekali segi dan
sebenarnya setiap kegiatan manusia mengandung unsur pendidikan. Namun
secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan meliputi sistem sekolah dan
pendidikan luar sekolah. Dua hal itu harus saling mendukung untuk
mencapai hasil yang optimal. Dalam pendidikan luar sekolah yang amat
besar perannya adalah pendidikan di lingkungan keluarga. Sebab di
lingkungan keluarga manusia lahir dan tumbuh di masa yang paling
menentukan bagi pembentukan kepribadiannya.
Hal ini terutama terasa dalam Era Globalisasi yang
membuat setiap unsur masyarakat makin intensif hubungannya dengan unsur
masyarakat lainnya, demikian pula dengan unsur masyarakat luar negeri.
Hubungan itu dapat berupa kerjasama atau persaingan yang d`lam Era
Globalisasi makin intensif kondisinya. Akibatnya adalah bahwa tidak
cukup hanya sebagian kecil masyarakat bermutu tinggi untuk mencapai
kemajuan satu bangsa atau satu umat. Harus sebanyak mungkin warga
masyarakat mempunyai mutu tinggi untuk dapat melakukan kerjasama dan
persaingan bangsa dan umat. Hal ini menimbulkan tantangan yang amat
berat, yaitu harus ada pendidikan yang besar kuantitasnya sehingga
meliputi sebanyak mungkin warga masyarakat, maupun setinggi mungkin
kualitasnya untuk seluruh pendidikan yang diselenggarakan. Hal ini
merupakan tantangan besar untuk pengadaan dan penyediaan Sumberdaya,
baik Sumberdaya Manusia, Sumberdaya Uang maupun Sumberdaya Material. Dan
karena sumberdaya pada dasarnya adalah langka, maka timbul tantangan
kuat terhadap kemampuan Manajemen Pendidikan di satu pihak dan di pihak
lain adanya Komitmen yang kuat pada Kepemimpinan Bangsa untuk pengadaan
Sumberdaya itu.
Sebagaimana telah dikemukakan, pengaruh dari
pendidikan luar sekolah, khususnya pendidikan di lingkungan keluarga,
amat besar terhadap seluruh proses pendidikan. Amat besar peran orang
tua dalam membentuk kepribadian anak yang sudah mulai dibentuk sejak
kecil sebelum masuk sekolah. Sebab itu harus ada usaha yang kuat dan
sistematis agar para orang tua memainkan peran itu dengan
sebaik-baiknya. Kondisi dan suasana masyarakat serta lingkungan
kehidupan pada umumnya berpengaruh kuat terhadap peran orang tua itu.
Pendidikan dasar sebaiknya meliputi masa persekolahan
2 tahun di Taman Kanak-Kanak (TK) dan 6 tahun di Sekolah Dasar (SD).
Pendidikan dasar membentuk landasan bagi perkembangan anak dalam segala
segi kehidupannya. Pada waktu ini di Indonesia masih belaku ketentuan
bahwa pendidikan dasar meliputi Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) 3 tahun, sesuai dengan ketentuan dalam UU no. 2 Th. 1989
tentang Pendidikan Nasional. Sebelum undang-undang itu berlaku,
pendidikan dasar hanya SD, sedangkan SMP termasuk pendidikan menengah.
Makin terbukti bahwa ketentuan UU no. 2 Th. 1989 itu kurang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan lebih baik kita kembali kepada ketentuan
sebelumnya. Di pihak lain Taman Kanak-Kanak (TK) yang dalam UU no.2 itu
ditetapkan sebagai pendidikan pra-sekolah, makin terbukti pentingnya
bagi pendidikan semua anak kita dan karena itu perlu ditetapkan sebagai
bagian dari sistem sekolah. Oleh sebab itu dalam UU Pendidikan baru
untuk menggantikan UU no. 2 Th. 1989 sebaiknya ditetapkan bahwa
pendidikan dasar meliputi TK 2 tahun dan SD 6 tahun.
Kunci utama untuk memperoleh pendidikan dasar yang
bermutu adalah Guru yang bermutu. Meskipun juga fasilitas pendidikan
penting artinya, namun manfaat sebenarnya dari kehadiran fasilitas
ditentukan oleh Guru yang bermutu. Oleh sebab itu harus selalu kita
perhatikan segala segi yang berhubungan dengan pencapaian kondisi itu.
Untuk itu harus ada sistem pendidikan Guru yang tepat dan baik,
khususnya untuk Guru yang berfungsi sebagai Guru kelas atau Guru yang
mengajarkan semua mata pelajaran. Kedua, harus ada sistem penggajian
Guru yang memungkinkan seorang Guru berkonsentrasi kepada pekerjaannya
di satu sekolah tertentu. Ketiga, harus diciptakan status sosial Guru
yang menjadikan professi Guru terpandang dan menarik dalam masyarakat.
Ketiga hal ini pada waktu sekarang belum terpenuhi di Indonesia. Oleh
sebab itu boleh dikatakan bahwa pendidikan dasar di Indonesia masih amat
lemah. Mungkin ada Sekolah Dasar yang baik mutunya, tetapi jumlahnya
sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah anak didik yang semuanya harus
menjalani pendidikan dasar guna kehidupan lebih lanjut. Apalagi jumlah
TK masih sangat terbatas sehingga baru terjangkau oleh jumlah anak yang
terbatas.
Pendidikan Menengah yang terdiri dari Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) melanjutkan proses pendidikan dan pengajaran bagi anak
didik. Sebaiknya Sekolah Menengah Umum (SMU) diadakan untuk mendidik
anak-anak yang tingkat inteligensinya tepat untuk nantinya melanjutkan
ke Universitas, yaitu yang lebih berminat kepada penguasaan ilmu
pengetahuan ketimbang ingin cepat mempunyai keahlian untuk memperoleh
penghasilan. Jadi SMU adalah semacam pendidikan pra-universitas. Sebab
itu sudah mulai di SMP sudah harus ada penjurusan dalam SMP yang
mempersiapkan murid untuk melanjutkan ke SMU, atau SMP Umum, dan SMP
Kejuruan yang memungkinkan muridnya secepat mungkin mempunyai keahlian
untuk dapat memperoleh penghasilan. Di SMP Umum pun perlu ada seleksi
siapa yang cocok untuk terus ke SMU dan siapa yang melanjutkan
pendidikan ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk kemudian terjun ke
masyarakat dengan memperoleh penghasilan yang baik. Sebab itu SMP
Kejuruan dan SMK menyiapkan anak agar menguasai satu profesi tertentu
dan karena itu SMP Kejuruan dan SMK beraneka ragam jenisnya. Lulusannya
siap untuk bekerja dan sangat diperlukan untuk mengisi pekerjaan kader
bawah dan menengah dalam setiap professi. Akan tetapi lulusan SMK dapat
juga melanjutkan studi dalam professinya dengan masuk pendidikan tinggi
yang menyangkut professi tersebut, seperti Politeknik dan Sekolah Tinggi
Kejuruan . Pada tingkat pendidikan dasar peran Guru sangat menonjol
dibandingkan dengan fasilitas pendidikan, meskipun tidak berarti
pendidikan dasar tidak memerlukan fasilitas pendidikan yang baik. Di
pendidikan menengah peran Guru maupun fasilitas pendidikan sama
pentingnya. Sukar dilakukan pendidikan yang baik di satu SMK-Teknik
umpamanya, kalau sekolah itu tidak mempunyai laboratorium dan bengkel
yang memadai. Satu SMU yang menjaga mutunya memerlukan perpustakaan yang
banyak bukunya di samping adanya ruang kelas untuk pelajaran ilmu kimia
dan ilmu alam dengan peralatannya yang lengkap. Tentu Guru di
pendidikan menengah juga harus dijaga mutunya. Setiap Guru harus
menguasai sekurang-kurangnya satu mata pelajaran dengan baik. Maka dari
itu tetap berlaku tiga syarat bagi mutu Guru, yaitu pendidikannya,
sistem penggajiannya dan status sosialnya. Di Indonesia ada SMP, SMU dan
SMK yang baik, tetapi juga dalam hal ini jumlah SMP, SMU dan SMK yang
baik jauh di bawah keperluan mendidik begitu banyak anak didik. Oleh
sebab itu peran umat Islam untuk membangun pendidikan menengah yang baik
sangat penting bagi perkembangan umat Islam khususnya dan masyarakat
Indonesia umumnya.
Di lingkungan umat Islam ada pendidikan dasar dan
menengah yang dilakukan dalam Madrasah Ibitidaiyah yang setingkat SD,
Madrasah Tsanawiyah setingkat SMP dan Madrasah Aliyah setingkat SMU.
Adanya pendidikan melalui madrasah bermaksud untuk menjamin bahwa anak
didik mendapat pendidikan Islam yang baik dan lengkap. Meskipun
demikian, sistem madrasah itu tidak boleh mengabaikan pemberian
pendidikan umum yang memadai. Tanpa itu anak didiknya akan mengalami
kesulitan dalam kehidupannya setelah keluar dari pendidikan itu, antara
lain kalah kesempatan dibandingkan anak lulusan sistem sekolahan biasa.
Sebab itu sebaiknya sistem madrasah juga memberikan pendidikan yang sama
dengan SD, SMP dan SMU, di samping pendidikan agama Islam. Agar
pembelajarannya tidak memberatkan anak didik dan mengurangi manfaat
pendidikan, harus ada pertimbangan yang mendalam dan saksama dalam
pembuatan kurikulum setiap tingkat pendidikan madrasah.
Memperhatikan hal-hal di atas maka penyelenggaraan
pendidikan tinggi di Indonesia dewasa ini menghadapi kendala yang cukup
sukar dan berat. Pendidikan di lingkungan keluarga masih sangat banyak
memerlukan perbaikan. Pendidikan dasar dan menengah hanya mempunyai
sekolah bermutu dalam jumlah terbatas, baik yang milik Pemerintah maupun
Swasta, sehingga belum cukup menghasilkan lulusan yang memadai untuk
pelaksanaan pendidikan tinggi yang luas dan bermutu. Selain itu sistem
madrasah belum menghasilkan pendidikan umum yang setingkat dengan sistem
sekolahan biasa. Hal ini membawa konsekuensi bahwa tidak mustahil ada
sejumlah mahasiswa yang bermutu, tetapi mayoritas mahasiswa sebagai
calon kader bangsa atau umat masih belum dapat dijamin mutunya untuk
mengisi dan menjalankan aneka ragam pekerjaan dan professi yang ada
dalam satu masyarakat Abad ke 21..
Hal ini semua juga berlaku bagi umat Islam yang
memperjuangkan Kebangkitan Islam. Khususnya hal ini berlaku bagi umat
Islam di Indonesia yang jumlahnya lebih dari 170 juta orang. Jumlah yang
besar itu merupakan asset bagi Kebangkitan Islam dan pertumbuhan bangsa
Indonesia, kalau setiap Muslim bermutu tinggi. Akan tetapi sebaliknya
kalau mutunya rendah justru menjadi satu liability atau
gangguan yang amat berat. Sebab itu umat Islam Indonesia dan terutama
para pemimpinnya harus mengembangkan komitmen yang sekuat-kuatnya untuk
menyelenggarakan pendidikan yang sebaik-baiknya.
Komentar
Posting Komentar